Assalamualaikum . . .
Pada postingan kali ini saya akan
membahas tentang “Film 2D dengan film 3D” yang dimana adanya hubungan antara
film 2D dengan 3D. Langsung aja ke masalahya.
Bismillah . . .
Sebuah film
3D atau 3-D(tiga dimensi) atau juga biasa disebut S3D(stereoscopic 3D) adalah
sebuah film yang meningkatkan ilusi kedalaman persepsi. Berasal dari fotografi
stereoskopik, gambar sistem gerak kamera biasa digunakan untuk merekam gambar
seperti yang dilihat dari dua perspektif (atau komputer-generated imagery
menghasilkan dua perspektif pasca-produksi), dan perangkat keras proyeksi
khusus dan kacamata yang digunakan untuk menyediakan ilusi kedalaman ketika
melihat film. Film 3D tidak terbatas pada rilis film teater, siaran televisi
dan langsung dari video film juga memasukkan metode yang serupa, terutama
karena televisi 3D dan Blu-ray 3D. (http://en.wikipedia.org/wiki/3D_film)
Sekarang
lagi marak-maraknya film berformat 3D, bahkan sekarang sudah semua categori
film dibuat efek 3D-nya. Di tahun-tahun sebelumnya, hanya film animasi saja
yang di buat versi 3D-nya namun dengan berkembangannya kecanggihan CGI, maka
film biasa seperti drama percintaan, drama komedi dan action sudah berformat
3D. Pada saat kita menonton film yang berformat 3D kita diharuskan memakai
kacamata khusus untuk menonton film 3D, karena kalau kita tidak memakai
kacamata khusus gambar dilayar akan berbayang.
Banyak yang bertanya-tanya sebuah
film 3D yang baik itu seperti apa???
Menurut
saya film 3D yang baik itu film yang benar-benar membuat kita menyatu dengan
film atau bisa merasakan apa yang terjadi pada film tersebut, karena pada saat
kita menonton film 3D kita bisa melihat efek gambar yang keluar. Kita ambil
contoh film action, pada saat adegan tembak menembak atau kaca pecah, pasti
kita berusaha menghindar atau menutup mata kita, karena efek 3D membuat kita
benar-benar seperti melihat secara langsung adegan tersebut.
Apakah semua film dari berbagai
genre bisa di ubah ke 3D atau tetap 2D??
Bisa. Dengan mengconvert atau merubah
dari 2D ke 3D, dengan menggunakan software : Gimpel3D, Philips BlueBox, Makeme
3D, YUVsoft 2D to 3D Suite, G´MIC plugin for GIMP, dan sebagainya.
Sebelum mengconvert film 2D ke 3D
kita harus memahami beberapa metode yaitu :
1 1. Kedalaman
dari gerak
Hal ini
dimungkinkan untuk secara otomatis memperkirakan kedalaman menggunakan berbagai
jenis gerak. Dalam kasus peta kedalaman kamera gerak seluruh adegan dapat
dihitung. Juga, gerakan obyek dapat dideteksi dan daerah bergerak dapat
diberikan dengan nilai kedalaman lebih kecil dari latar belakang. Selain itu,
oklusi memberikan informasi tentang posisi relatif permukaan bergerak.
2 2. Kedalaman
dari fokus
Pendekatan
jenis ini juga disebut "kedalaman dari defocus" dan "kedalaman
dari blur". Pada “kedalaman dari defocus” (DFD) pendekatan, informasi kedalaman
diperkirakan berdasarkan jumlah kabur yang dianggap objek, sedangkan
"kedalaman dari fokus" (DFF) cenderung membandingkan ketajaman obyek
gambar yang rentang pada saat diambil dengan jarak fokus yang berbeda dalam
rangka untuk mengetahui jarak ke kamera. DFD hanya membutuhkan 2 sampai 3
gambar pada fokus yang berbeda untuk bekerja, sedangkan DFF membutuhkan
setidaknya 10 sampai 15 gambar tetapi lebih akurat daripada metode sebelumnya.
3 3. Kedalaman
dari perspektif
Ide metode
ini didasarkan pada kenyataan bahwa garis paralel, seperti rel kereta api dan
pinggir jalan, tampak menyatu dari kejahuan dan akhirnya akan mencapai titik
hilang di cakrawala. Menemukan titik hilang ini akan memberikan titik terjauh
dari seluruh gambar.
Sumber referensi :
http://en.wikipedia.org/wiki/3D_film
http://cinema21.lasyak.web.id/perbedaan-mendasar-kualitas-film-bioskop/
http://en.wikipedia.org/wiki/2D_to_3D_conversion
Tidak ada komentar:
Posting Komentar